Tag Archive for: Strategi HRD

Indikator Penting agar Bisnis tidak ‘Mati’ ditengah Pandemi dengan 6 Key Performance Indicator ini!

Key Performance Indicator

Di tengah pandemi dan gaya bekerja yang work from home, salah satu indikator penting yang harus dikuasai adalah untuk membuat karyawan berkerja maksimal dan sesuai harapan. Ini 6 indikator yang harus Anda perhatikan saat membuat Key Performance Indicator untuk karyawan agar tidak hanya sekedar angka saja di bisnis!

Key Performance Indicator

Bagaimana cara Anda menentukan siapa karyawan yang kinerjanya bagus dan asal-asalan? Tentunya Anda tidak bisa menggunakan perasaan saja, misalnya, “Sepertinya si A bagus” atau “Sepertinya strategi ini yang paling banyak menyumbang omzet”. Ya kan?

Anda harus punya sistem yang akurat untuk bisa menghitung performa masing-masing karyawan. Salah satu cara yang populer digunakan oleh pemilik bisnis adalah dengan menggunakan Key Performance Indicator (KPI).

Dari sekian banyak pemilik bisnis yang menerapkan KPI, mayoritasnya hasil yang didapat tidak seperti harapan. KPI tersebut hanya menampilkan angka saja dan tidak memberikan efek apa-apa terhadap karyawan terlebih lagi terhadap performa Bisnis Anda.

Kesalahan dari penggunaan sistem KPI adalah karena tidak ada sistem monitoring. Agar KPI ini bisa berjalan dengan efektif, Global Awards Winning Business Coach, Coach Yohanes G. Pauly melengkapi sistem KPI ini dengan Key Performance Indicator & Monitoring (KPIM).

Tujuan adanya monitoring agar karyawan yang performanya jelek bisa terus dimonitoring secara berkala dan performanya meningkat dan memonitor strategi atau cara mana yang berhasil dan mana yang tidak agar bisa diperbaiki lagi

Lalu apa saja indikator yang harus diperhatikan saat membuat Key Performance Indicator & Monitoring (KPIM)?

1. Membuat KPIM dari atas

Langkah pertama adalah dengan membuat KPIM dimulai dari posisi paling atas yaitu pemilik bisnis atau CEO, lalu turun ke direct report di bawahnya seperti direktur, turun ke level manager, supervisor, dan akhirnya ke level yang paling bawah.

Jadi bukan membuat KPIM dari bawah, karena semua dimulai dari atas, maka akan lebih mudah saat menurunkan KPIM tersebut ke bawah. KPIM CEO kemungkinan besar tidak jauh dari business goals dari bisnis tersebut. Lalu turunkan ke bawah baris demi baris di organization structure.

2. Buat mulai dari posisi yang paling penting

Setiap bisnis punya posisi penting berbeda yang harus diutamakan untuk memiliki KPIM. Misalnya yang mau dicapai adalah penjualan, maka mulailah dengan membuat KPIM untuk Sales Manager, ke Sales Supervisor, hingga officer.

Baca juga:

3. Tentukan top 3 hal yang ingin dicapai, ukurannya, dan bobotnya

Karena setiap karyawan harus mempunyai KPIM, maka tentukan apa top 3 yang harus dicapai dan target ukuran dari setiap indiaktor.

Setiap KPIM sebaiknya memiliki 3 indikator yang mau dimonitor. Bila terlalu banyak, maka orang di posisi tersebut jadinya tidak fokus atas apa yang diharapkan. Bila terlalu sedikit kemungkinan akan membuat tanggungjawab orang tersebut tidak tercakup dengan baik.

Kemudian tentukan bobot dari setiap indikator tersebut. Ingat bahwa bobot ini menentukan prioritas dan fokus di posisi tersebut.

4. Tentukan Rewards & Consequences

Agar karyawan makin semangat dan termotivasi bekerja, dalam penilaian kinerja karyawan KPIM, pemilik bisnis harus membuat sebuah rewards atau penghargaan untuk apa yang akan didapatkan oleh karyawan di posisi tersebut bila ia mencapai atau bahkan over-achieve dari target yang disetujui bersama.

Sebaliknya, pemilik bisnis juga harus membuat consequences atau konsekuensi (bukan punishment atau hukuman) bila karyawan tidak mencapai target yang disetujui bersama.

5. Hitunglah Nilai KPIM

Pada akhir periode misalnya di akhir bulan atau di awal bulan berikutnya, masukkan angka yang aktual yang dicapai oleh karyawan dan hitung berapa nilai KPIM dari karyawan tersebut. Inilah angka yang penting yang menggambarkan bagaimana kinerja karyawan.

6. Monitoring secara Periodik

Banyak KPI (bukan KPIM) tidak jalan karena tidak ada monitoring system. Cara monitoring pada sistem penilaian kinerja karyawan KPIM adalah dengan mengurutkan nilai karyawan dari yang paling tinggi ke yang paling rendah. Kemudian kumpulkan seluruh karyawan dan tampilkan nilai KPIM ini.

“Normalnya, karyawan yang nilainya dibawah akan merasa malu dan akan bekerja lebih giat lagi agar bulan berikutnya tidak berada di posisi bawah.” ucap Coach Yohanes G. Pauly.

Dengan KPIM, pemilik bisnis bisnis bisa memonitoring siapa karyawan yang konsisten di bawah dan langkah apa yang harus diambil agar kinerja karyawan tersebut makin membaik.

Mau tahu artikel strategi HRD lainnya dari Coach Yohanes G. Pauly? Klik strategi HRD berikut ini!

Anda Entrepreneur atau Praktisi Human Resource Development (HRD)? Sudah tahu A/B/C Interview?

Human Resource Development

Entrepreneur dan Praktisi Human Resource Development (HRD), di bisnis Anda sudah sering melakukan rekrutmen, tapi masih belum dapat karyawan yang sesuai kualifikasi? Terapkan rahasia rekrut karyawan dengan menggunakan A/B/C Interview agar dapat karyawan berkualitas di bisnis.

Entrepreneur & Praktisi Human Resource Development (HRD) wajib tahu

Rekrut karyawan baru sering sering menjadi momok tidak hanya bagi pemilik bisnis tapi juga praktisi Human Resource Development (HRD). Alasannya adalah karena untuk bisa merekrut karyawan yang berkualitas, seluruh proses mulai dari membuat iklan lowongan hingga interview haruslah strategis dan tepat agar bisa menjaring orang yang benar.

Misalnya saja, iklan lowongan kerja yang dibuat harus bisa menyasar ke orang yang tepat. Kalau pemilik bisnis meminta divisi Human Resource Development (HRD) untuk merekrut karyawan dengan level waitress atau buruh, tentunya lokasi memasang iklan lowongan kerja dan bahasa yang digunakan akan berbeda dengan iklan lowongan untuk posisi level Manager.

Ingat, beda ikannya, beda pula umpan dan kolamnya!

A/B/C Interview

 

Global Awards Winning Business Coach, Coach Yohanes G. Pauly menjelaskan mengenai A/B/C Interview untuk memilih karyawan yang tepat.

Jika biasanya praktisi Human Resource Development (HRD) melakukan 1-on-1 interview, makaA/B/C interview menggunakan sistem interview secara berkelompok.

Tujuannya adalah untuk bisa mengetahui soft skill dan karakter dari calon karyawan yang jarang terlihat jika menggunakan 1-on-1 interview.

1. A/bility

Yaitu sesi tes yang mana calon karyawan diberikan pertanyaan yang intinya adalah untuk melihat attitude dan aptitude para kandidat saat melakukan rekrut karyawan.

Untuk mengukur ability calon kandidat menggunakan 2 alat ukur:

  • Attitude test

Test selama 15 menit ini bertujuan untuk mengetahui sifat dan karakter masing-masing calon karyawan.

  • Aptitude test

Test untuk mengetahui bakat dan kemampuan calon karyawan (IQ)

  • Working style

Dengan test ini staf Human Resource Development (HRD) bisa mengetahui bagaimana tipe working style calon karyawan

Baca juga:

2. B/ehaviour

Tujuan dari sesi B/ehavior untuk menilai perilaku kandidat, oleh karena itu berikan beberapa pertanyaan kepada para kandidat dan nilai bagaimana cara mereka menjawabnya. Apakah kandidat tersebut proaktif, sopan atau pendiam.

“Anda bisa mengetesseberapa proaktif calon karyawan dengan membagikan kertas berisi visi misi dan budaya perusahaan dan siapa yang proaktif untuk mau membacakan visi misi tersebut, bagaimana behaviour mereka.” ucap Coach Yohanes G. Pauly.

Lingkungan kerja yang harus bekerjasama dalam team dan berinteraksi tentunya membutuhkan karyawan yang punya perilaku yang proaktif dan tidak hanya diam saja tanpa memberikan ide.

Oleh karena itu, sesi b/ehaviour sangatlah tepat untuk membantu praktisi Human Resource Development (HRD) menyeleksi calon karyawan dengan karakter yang tepat di bisnis.

Mau tahu penjelasan lebih lengkapnya dari Coach Yohanes G. Pauly? Yuk simak video lengkapnya dengan klik disini! Dan kunjungi artikel strategi HRD lainnya!

Ketahui 5 Kesalahan Metode Rekrutmen yang Sebabkan Anda Salah Seleksi Karyawan

Seleksi Karyawan

Anda sudah berkali-kali rekrut karyawan, tapi tidak ada yang sesuai harapan? Sudah gonta-ganti metode rekrutmen, tapi tetap saja orang yang melamar jauh dari kualifikasi Anda? Hindari 5 kesalahan metode rekrutmen ini agar Anda tidak salah seleksi karyawan di bisnis!

Salah seleksi karyawan

Karyawan tipe apa yang paling Anda cari saat melakukan rekrut karyawan? Mulai dari karyawan yang inovatif, suka tantangan, jujur, loyal, dan karakter-karakter lainnya, benar ya?

Tapi bagaimana jika setiap kali Anda melakukan rekrutmen, Anda tidak menemukan karyawan yang Anda impikan? Semua orang yang melamar sangat jauh dibawah kualifikasi yang Anda harapkan?

Bukannya membantu Anda untuk membawa bisnis ke level yang lebih tinggi lagi, namun malah membuat masalah bisnis Anda bertambah?

5 kesalahan metode rekrutmen

Padahal Anda sudah investasikan waktu, tenaga, dan uang yang sangat besar dalam menjalankan proses rekrutmen, tapi semua usaha Anda sia-sia saja dan tidak memberikan hasil.

Dan parahnya lagi, penyebabnya adalah karena Anda tidak sadar melakukan 5 kesalahan metode rekrutmen sehingga karyawan yang Anda seleksi dan rekrut kualifikasinya jauh dibawah standar.

Global Awards Winning Business Coach, Coach Yohanes G. Pauly menjelaskan 5 kesalahan metode rekrutmen yang sering tidak disadari dilakukan oleh pemilik bisnis sehingga menyeleksi dan rekrut karyawan yang salah:

1. Iklan lowongan kerja terlalu umum

Kesalahan pertama adalah lowongan kerja yang dibuat tidak spesifik ditujukan untuk siapa dan tidak bisa menarik orang untuk mendaftar. Iklan untuk posisi manager, supervisor, dan admin semua disatukan dan tidak ada pembeda.

Selain itu, banyak pemilik bisnis yang salah menempatkan iklan lowongan kerja. Ibaratkan akan memancing ikan, beda jenis ikan, beda pula kolam dan umpan yang harus disediakan.

Begitu juga dengan memasang iklan karyawan, pemilik bisnis harus tahu biasanya karyawan yang dia inginkan ini sering buka apa. Bisa dengan job portal, sosial media, koran, atau opsi lainnya.

Baca juga:

2. Interview langsung 1-on-1

Kesalahan kedua dalam metode rekrutmen adalah sangat banyak pemilik bisnis yang langsung interview 1-on-1 dengan kandidat. Interview 1-on-1 hanya memberikan 1 dimensi saja dan tidak memberikan gambaran tentang personality kandidat secara keseluruhan. Akibatnya banyak pemilik bisnis yang terjebak mendapatkan karyawan yang perilaku atau personality nya ternyata kurang baik..

3. Tidak tahu bagaimana cara membaca karakter khusus karyawan

Yang sangat penting saat seleksi karyawan adalah pemilik bisnis harus tahu karakter masing-masing kandidat.

Misalnya saja, jika pemilik bisnis ingin merekrut karyawan dengan posisi sales, tentunya yang direkrut adalah kandidat yang memiliki sifat influence yang tinggi, yaitu yang suka berkomunikasi, extrovert, people oriented, suka mengobrol dan sensitif dengan lingkungan.

Pemilik bisnis tentunya tidak akan merekrut karyawan dengan tipe yang pendiam untuk posisi ini karena sangat bertolak belakang dengan sales yang harus berhubungan dengan banyak customer.

Oleh karena itu, pemilik bisnis harus tahu dan paham dulu dengan karakter khusus karyawan agar tidak salah merekrut dan menempatkan karyawan di bisnis.

4. Hanya lihat Curriculum Vitae (CV) saja

Memang benar, seorang kandidat yang memiliki CV dan background yang bagus adalah sebuah nilai tambah. Namun bukan berarti CV adalah patokan utama dalam merekrut karyawan.

Ingat, tidak ada jaminan bahwa orang yang punya background pendidikan di sekolah terkemuka dan banyak pengalaman kerja adalah orang yang tepat di bisnis Anda.

5. Tidak menggunakan truth serum saat interview

Banyak pemilik bisnis yang merasa kecewa setelah merekrut karyawan, ternyata karyawan tersebut tidak seperti yang diharapkan. Padahal saat interview, karyawan tersebut memberikan banyak sekali hal positif tentang dirinya.

Oleh karena itu, pemilik bisnis harus melakukan truth serum dengan background check karyawan tersebut. Bisa saja pendapat dan keterangan yang didapatkan dari orang lingkungan kandidat tersebut bertolak belakang dengan apa yang kandidat tersebut katakan kepada Anda.

Mau tahu artikel strategi HRD lainnya dari Coach Yohanes G. Pauly? Klik strategi HRD berikut ini!

Susah Dapat Karyawan Bagus? Terapkan Cara Rekrut Karyawan Ini di Bisnis Anda!

Rekrut karyawan bagus susahnya setengah mati? Sudah berkali-kali adakan rekrutmen tapi hasilnya tidak seperti harapan Anda? Terapkan cara rekrut karyawan ini agar banyak karyawan bagus dan berkualitas yang melamar di bisnis Anda!

CODE 00:01, Gaya Kepemimpinan di Bisnis yang Anda Butuhkan Saat Hadapi Krisis

Gaya Kepemimpinan di Bisnis

Anda pernah dengar CODE 00:01? Yuk terapkan gaya kepemimpinan di bisnis yang wajib dimiliki oleh pemilik bisnis agar bisa membangun team yang solid menghadapi masa krisis.

Gaya kepemimpinan di masa krisis

Ada bermacam-macam tipe pemilik bisnis dalam mengembangkan bisnis mereka. Ada yang dari awal membangun bisnis jalannya pelan namun lancar tanpa ada masalah. Ada yang jalannya sangat cepat namun ditengah perjalanan kena “sandungan”.

Terlepas dari kondisi tersebut, sosok seorang pemimpin atau leader di bisnis sangat dibutuhkan terutama jika bisnis sedang berada di masa krisis. Pemimpin harus bisa mengarahkan dan menuntun team-nya agar tetap kompak, semangat, dan bekerja keras untuk mencapai tujuan bisnis.

Oleh karena itu pemilik bisnis harus memiliki gaya kepemimpinan di bisnis  terutama saat masa krisis yang bisa merangkul semua team-nya dan membawa bisnis keluar dari krisis. Gaya kepemimpinan ini merupakan sebuah bentuk adaptasi yang harus dikuasai oleh pemilik bisnis.

CODE 00:01

Global Awards Winning Business Coach, Coach Yohanes G. Pauly menjelaskan bahwa pemilik bisnis harus memiliki gaya kepemimpinan di bisnis saat menghadapai masa krisis yang ia beri nama CODE 00:01. Gaya kepemimpinan ini terdiri dari 6 aspek:

1. Charismatic Leadership

Gaya kepemimpinan di bisnis saat menghadapi masa krisis yang pertama adalahpemilik bisnis haruslah memiliki karisma yang menginspirasi team. Seorang pemimpin adalah panutan, oleh karena itu pemilik bisnis haruslah menunjukkan kepada team bahwa meskipun dalam kondisi krisis, ia tetap berpikir positif, mencari peluang dan membuat strategi untuk bisa melalui krisis dengan maksimal.

“Jika Anda sebagai leader tidak mempunyai keyakinan untuk survive, tidak mencari solusi dan tidak beradaptasi di masa krisis, jangan berekspektasi tinggi terhadap team Anda karena mereka juga akan melakukan hal yang sama.” jelas Coach Yohanes G. Pauly.

Baca juga:

2. Online Management

Seorang pemilik bisnis haruslah bisa menjalin komunikasi dengan jelas dan dua arah kepada team-nya baik secara tatap muka maupun secara online terutama pada masa krisis.

Coach Yohanes G. Pauly yang meraih Peringkat No. 1 Business Coach di Tingkat Dunia ini mengatakan bahwa pemilik bisnis harus memiliki skill komunikasi yang bagus agar pesan yang ia sampaikan dipahami oleh team. Kemudahan akses agar team bisa menjangkau pemilik bisnis juga merupakan aspek yang sangat agar komunikasi tidak terputus .

3. Democratic Communication

Gaya kepemimpinan di bisnis saat hadapi masa masa krisis lainnya yang wajib dimiliki pemilik bisnis adalah mampu untuk menciptakan team yang proaktif dalam menyampaikan pendapat dan berdiskusi untuk mendapatkan solusi. Pemilik bisnis tidak bisa gegabah dan panik dengan menganggap bahwa di masa krisis ini keputusannya lah yang paling benar.

“Salah satu tujuan punya team agar bisa bertukar pikiran kan ya? Buat apa punya team kalau semua ide dan solusi Anda sendiri yang memikirkan? Oleh karena itu Anda sebagai leader  harus bisa membuat team untuk kontribusi dalam diskusi dan berikan ide-ide gila di bisnis.” ucap Coach Yohanes G. Pauly

Simak penjelasan lengkap tentang gaya kepemimpinan di bisnis saat hadapi masa krisis CODE 00:01 oleh Coach Yohanes G. Pauly dengan klik disini! Dan kunjungi artikel strategi HRD lainnya!

Ketahui 6 Langkah Penilaian Kinerja Karyawan agar Performa Karyawan Meningkat

penilaian kinerja karyawan

Sudah punya sistem penilaian kinerja karyawan di Bisnis Anda? Hati-hati kalau ternyata selama ini Anda belum punya! Karena bisa jadi ternyata yang Anda pikir kerjanya bagus malah ternyata kinerjanya tidak bagus dan menjadi “duri dalam daging” di Bisnis Anda. Yuk simak 6 langkah penilaian kinerja karyawan ini agar performa karyawan meningkat dan bisnis berkembang ke level lebih tinggi!

Management by “kayaknya

Kalau Anda selama ini tidak punya sistem penilaian kinerja karyawan di Bisnis Anda, lalu bagaimana Anda menilai performa kerja karyawan Anda selama ini? Jangan-jangan pakai management by “kayaknya”?

Artinya yang sering terjadi adalah Anda hanya mengandalkan perasaan atau mengira-ngira saja apakah karyawannya Anda itu bagus atau tidak kerjanya. “Kayanya sih si Johnny itu bagus ya. Karena saya paling sering bicara dengan si Johnny”, atau “Kayanya si Joko itu tidak oke kerjanya, soalnya saya jarang lihat dia”, itu kira yang terjadi di pemikiran Anda.

Sistem penilaian kinerja karyawan agar bisnis next level

Agar penilaian kinerja karyawan tidak hanya sekedar perkiraan Anda saja dan bisa  terukur dengan lebih akurat, pemilik bisnis harus menerapkan Key Performance Indicator & Monitoring (KPIM).

Mungkin pemilik bisnis pernah menerapkan Key Performance Indicator (KPI) di bisnis namun tidak mampu membuat karyawan termotivasi dan bekerja lebih baik lagi.

Bedanya adalah KPIM tidak hanya sekedar penilaian kinerja karyawan saja, tapi juga menitikberatkan pada monitoring. KPIM yang dicetuskan oleh Global Awards Winning Business Coach, Coach Yohanes G. Pauly dan terbukti bisa membuat karyawan bekerja makin baik dari bulan ke bulan.

Lalu bagaimana cara membuat sistem penilaian kinerja karyawan KPIM?

1. Membuat KPIM dari atas

Langkah pertama membuat sistem penilaian kinerja karyawan dengan KPIM adalah dimulai dari pemilik bisnis atau CEO, lalu turun ke direct report di bawahnya seperti direktur, turun ke level manager, ke level supervisor, dan akhirnya ke level yang paling bawah.

Jadi bukan membuat KPIM dari bawah, karena semua dimulai dari atas, maka akan lebih mudah saat menurunkan KPIM tersebut ke bawah. KPIM CEO kemungkinan besar tidak jauh dari business goals dari bisnis tersebut. Lalu turunkan ke bawah baris demi baris di organization structure.

2. Buat mulai dari posisi yang paling penting

“Mulailah memilih posisi yang paling penting untuk mencapai business goals yang sudah ditetapkan, misalnya jika salah satu business goals yang mau dicapai adalah sales, maka mulailah membuat KPIM untuk Sales Director, kemudian ke Sales Manager, dan Sales Supervisor, hingga ke Sales Officer.” ucap Coach Yohanes G. Pauly.

3. Tentukan top 3 yang ingin dicapai, ukuran, dan bobotnya

Karena setiap karyawan harus mempunyai KPIM, maka tentukan apa top 3 yang harus dicapai dan target ukuran dari setiap indikator.

Setiap KPIM sebaiknya memiliki 3 indikator yang mau dimonitor. Bila terlalu banyak, maka orang di posisi tersebut jadinya tidak fokus atas apa yang diharapkan. Bila terlalu sedikit kemungkinan akan membuat tanggungjawab orang tersebut tidak tercakup dengan baik.

Kemudian tentukan bobot dari setiap indikator tersebut. Ingat bahwa bobot ini menentukan prioritas dan fokus di posisi tersebut.

4. Tentukan Rewards & Consequences

Buat rewards atau penghargaan untuk apa yang akan didapatkan oleh karyawan di posisi tersebut bila ia mencapai atau bahkan over-achieve dari target yang disetujui bersama.

Sebaliknya, Anda juga harus membuat consequences atau konsekuensi (bukan punishment atau hukuman) bila karyawan tidak mencapai target yang disetujui bersama.

5. Hitunglah KPIM Score

Pada akhir periode misalnya di akhir bulan atau di awal bulan berikutnya, masukkan angka yang aktual yang dicapai oleh karyawan di posisi tersebut ke dalam KPIM- nya dan hitung berapa KPIM Score dari orang tersebut. Inilah angka yang penting yang menggambarkan bagaimana kinerja karyawan.

Baca juga:

6. Monitoring secara Periodik

Banyak KPI (bukan KPIM) tidak jalan karena tidak ada monitoring system. Cara monitoring pada sistem penilaian kinerja karyawan KPIM adalah dengan urutkan nilai karyawan dari yang paling tinggi ke yang paling rendah. Kemudian kumpulkan seluruh karyawan dan tampilkan nilai KPIM ini.

Normalnya, karyawan yang nilainya dibawah akan merasa malu dan akan bekerja lebih giat lagi agar bulan berikutnya tidak berada di posisi bawah.

“Dengan KPIM, pemilik bisnis bisnis bisa memonitoring siapa karyawan yang konsisten di bawah dan langkah apa yang harus diambil agar kinerja karyawan tersebut makin membaik.” tutup Coach Yohanes G. Pauly.

Sistem penilaian kinerja karyawan dengan KPIM ini jika diterapkan akan memacu karyawan untuk bekerja dengan giat untuk mencapai target dan membawa bisnis makin berkembang ke level yang lebih tinggi.

Mau tahu artikel strategi HRD lainnya dari Coach Yohanes G. Pauly? Klik strategi HRD berikut ini!

Habis Dapat THR Lebaran, Karyawan Banyak Resign? Tenang, Pakai Cara Rekrut Karyawan ini!

Cara Rekrut Karyawan

Karyawan Anda banyak yang resign sehabis dapat THR Lebaran? Anda terpaksa rekrut karyawan baru? Terapkan cara rekrut karyawan ini agar Anda bisa dapat karyawan bagus sebagai gantinya!

Banyak yang resign

Sudah menjadi momok bagi pemilik bisnis jika banyak karyawan yang resign setelah mendapat THR lebaran. Kondisi ini bukanlah kondisi yang baru dan sangat sering terjadi setiap tahunnya.

Namun meskipun sering terjadi, bukan berarti pemilik bisnis sudah punya persiapan untuk mengambil langkah penting selanjutnya, yaitu melakukan rekrut karyawan baru untuk mendapatkan pengganti yang lebih kompeten.

Meskipun harus kembali ke titik nol, dimana pemilik bisnis harus mencari lagi karyawan yang mau kerja di Bisnisnya hingga mengajari ulang karyawan baru, langkah ini tentu sangat memakan waktu serta tenaga dan pastinya juga krusial untuk masa depan bisnis.

Karyawan adalah salah satu aset terpenting di bisnis. Jika pemilik bisnis merekrut orang yang salah, menempatkannya di posisi yang tidak tepat, dan di waktu yang tidak seharusnya, akan berdampak langsung pada masa depan bisnis.

Cara rekrut karyawan

Mengutip kalimat yang disampaikan oleh Global Awards Winning Business Coach, Coach Yohanes G. Pauly, untuk bisa mendapatkan karyawan idaman di bisnis maka pemilik bisnis harus mempunyai cara rekrut karyawan yang tepat.

“Rekrut karyawan itu tidak hanya tentang hard skill saja atau soft skill saja, cara rekrut karyawan yang tepat adalah dengan mengkombinasikan hard skil, ,dan soft skill calon karyawan.” ucap Coach Yohanes G. Pauly.

Cara rekrut karyawan yang ia sarankan adalah dengan menggunakan GRATYO® Power Recruitment (GPR). GPR ini terbagi menjadi 3 tahap:

1. Pre GPR

Tahapan pertama dalam cara rekrut karyawan GPR adalah Pre-GPR. Pada tahap ini pemilik bisnis harus membuat iklan lowongan kerja yang berlandaskan AIDODA (Attention, Interest, Dancing with objection, Desire dan Action).

Setelah iklan lowongan kerja berhasil membuat calon karyawan bagus melamar ke Bisnis Anda, maka lakukan screening CV dan hubungi kandidat yang lolos. Jelaskan juga bawa akan ada tes sebelum sesi interview.

2. GPR Session

Inilah keunikan GPR dibandingkan dengan cara rekrut karyawan yang lain. GPR session dilakukan dalam grup dan dibagi menjadi 3 sesi ABC.

Sesi pertama adalah A/bility yaitu sesi tes yang mana kandidat diberikan pertanyaan yang bertujuan untuk melihat attitude dan aptitude para kandidat.

Sesi kedua adalah B/ehavior. Tujuan dari sesi B/ehavior untuk menilai behavior atau perilaku kandidat, oleh karena itu berikan beberapa pertanyaan kepada para kandidat dan nilai bagaimana cara mereka menjawabnya.

Sesi ketiga adalah C/haracter, sesi ini mirip dengan sesi B/ehavior bedanya adalah pada sesi C/haracter pertanyaan yang diajukan adalah untuk mengenal karakter para kandidat.

“Kalau hanya melakukan 1-on-1 interview, pemilik bisnis tidak akan tahu bagaimana karakter dan perilaku calon karyawan tersebut, terutama saat mereka berinteraksi dengan orang lain.” ujar Coach Yohanes G. Pauly.

Baca juga:

3. Post GPR

Jika GPR session dilakukan dalam grup, maka Post GPR adalah dengan 1-on-1 interview with truth serum. Tahap ketiga GPR ini hanya melibatkan kandidat yang lolos GPR session saja.

Bila saat GPR session lebih fokus ke dimensi soft skill, maka Post GPR lebih fokus ke dimensi hard skill. Pada truth serum ada 2 pertanyaan besar yang ditanyakan, yaitu truth serum tentang kehidupan sebelumnya dan truth serum tentang gaji sebelumnya.

Pertanyaan truth serum tentang kehidupan sebelumnya adalah seperti “Boleh ya nanti saya akan catat nama-nama penting, bila Anda lulus ke tahap final maka saya bisa hubungi untuk reference check mengenai Anda?”

Dengan menerapkan cara rekrut karyawan GPR, pemilik bisnis tidak perlu pusing lagi banyak karyawan yang resign karena bisa merekrut karyawan yang tepat dan loyal di bisnis.

Mau tahu artikel strategi HRD lainnya dari Coach Yohanes G. Pauly? Klik strategi HRD berikut ini!

Cara Meningkatkan Kinerja Karyawan Agar Bekerja Sesuai Harapan

Cara Meningkatkan Kinerja Karyawan

Terapkan 3 cara meningkatkan kinerja karyawan ini agar punya SuperTEAM di bisnis yang bekerja seperti harapan dan bawa bisnis Anda ke next level!

Karyawan bikin heart eating

Anda punya banyak karyawan tapi kinerjanya jauh dibawah harapan? Kalau tidak Anda yang dorong, karyawan tidak akan bekerja? Eh sekalinya bekerja, kerjanya asal-asalan dan Anda terpaksa mengerjakan ulang pekerjaan karyawan Anda?

Ini adalah permasalahan klasik yang dirasakan hampir seluruh pemilik bisnis yang tidak tahu bagaimana cara meningkatkan kinerja karyawan agar bekerja sesuai dengan harapan. Punya karyawan bukannya meringankan beban, tapi malah menambah beban. Bikin heart eating alias makan hati!

Cara meningkatkan kinerja karyawan

Tentunya Anda tidak mau kan punya karyawan tapi hanya menjadi beban saja? Sudah bayar gaji mereka mahal-mahal tapi tidak memberikan kontribusi apa-apa di bisnis.

Anda harus ubah karyawan Anda menjadi SuperTEAM, yaitu aset berharga di bisnis yang punya kinerja, performa, dan inisiatif tinggi sehingga bisa membawa bisnis ke level yang lebih tinggi.

Lalu bagaimana cara meningkatkan kerja karyawan agar bisa menjadi SuperTEAM di Bisnis? Yuk pelajari caranya dari video yang dibahas oleh Coach Yohanes G. Pauly diatas!

Anda bisa menerapkan 3 strategi agar bisa punya SuperTEAM di bisnis:

1. Punya rapor karyawan

Jika Anda punya anak yang sedang dalam masa sekolah, apakah Anda setiap hari selalu datang ke sekolah untuk mengamati anak Anda dari pagi hingga jam pulang agar tahu kalau anak Anda belajar?

Tentu tidak! Karena Anda bisa melihat hasil belajar anak Anda dari nilai rapor yang dibagikan setiap semester. Dari rapor itulah Anda bisa tahu apakah anak Anda belajar sungguh-sungguh atau main-main saja.

Begitu juga dengan karyawan! Cara meningkatkan kinerja karyawan yang pertama adalah dengan membuat rapor karyawan dalam bentuk Key Performance Indicator & Monitoring (KPIM).

Mungkin banyak pemilik bisnis yang membuat Key Performance Indicator (KPI), namun bedanya dengan KPIM adalah adanya monitoring.

Maksudnya adalah setiap bulannya akan diurutkan siapa yang nilai KPIM-nya tertinggi dan terendah. Seluruh karyawan harus melihat urutan tersebut dan tentunya karyawan yang punya nilai KPIM terendah harus intropeksi diri dan bekerja lebih baik agar tidak dibawah lagi.

Normalnya, jika karyawan Anda berada di posisi bawah, ia akan merasa malu dan intropeksi dirinya agar bekerja lebih optimal supaya tidak berada di posisi bawah lagi.

Baca juga:

2. Buat R&C sebagai aturan main

Salah satu cara meningkatkan kinerja karyawan yang paling efektif adalah bisnis harus punya aturan main yang jelas untuk karyawan yang kinerjanya dibawah ekspektasi.

Maksudnya, pemilik bisnis harus menerapkan Rewards & Consequences (R&C). Jika karyawan berhasil mencapai atau bahkan melebihi target yang telah ditetapkan, maka karyawan tersebut akan mendapat rewards, misalnya saja dengan tambahan bonus atau bentuk lainnya.

Sedangkan jika karyawan kinerjanya tidak mencapai target, maka ia harus menerima consequences. Ingat, konsekuensi ini bukan dalam bentuk fisik, misalnya dengan tidak menerima bonus di bulan terkait.

Dengan menerapkan R&C di bisnis, karyawan Anda akan terpacu dan bersemangat saat bekerja agar tidak menerima consequences.

3.  Terapkan To Achieve List (TAL)

TAL merupakan singkatan dari To Achieve List. Lalu apa bedanya To Achieve List dengan To Do List? Praktisnya, To Do List hanya berfokus pada apa yang akan dikerjakan, sedangkan To Achieve List adalah kumpulan tugas dan pekerjaan yang harus dilakukan oleh masing-masing karyawan lengkap dengan tanggal pekerjaan tersebut sudah harus selesai.

Lalu apa hubungannya antara TAL dengan cara meningkatkan kinerja karyawan? Rahasianya adalah dengan melengkapi TAL dengan WWW yaitu what, who dan when. Fokus tugas apa yang akan dikerjakan (what), siapa yang harus melakukan (who), dan kapan akan selesai dilakukan (when). Inilah yang membedakan TAL dengan To Do List dan berperan penting dalam meningkatkan kinerja karyawan.

Untuk mengetahui cara meningkatkan kinerja karyawan secara lengkap, Anda bisa klik disini! Dan kunjungi artikel strategi HRD lainnya!

Polemik Bisnis Masa Pandemi: Injak Rem Darurat atau Justru Saat yang Tepat Rekrut Karyawan?

rekrut karyawan

Di masa pandemi banyak perusahaan yang terpaksa mengurangi jumlah karyawannya. Menurut survei, sebanyak 35% pekerja di Indonesia terpaksa dirumahkan.

Dari segi pengurangan biaya operasional di bisnis, langkah ini mungkin efektif untuk bisa menyelamatkan perusahaan. Tapi jika dilihat dari sisi lain, bisa jadi ini peluang bagi pebisnis untuk rekrut karyawan dengan kualitas yang lebih baik.

Bagaimana tidak, jika dulu 1 posisi hanya dilamar oleh puluhan hingga ratusan orang, kini jumlah pelamar melonjak tajam hingga ribuan pelamar.

Tapi kondisi ini tentunya harus dihadapi dengan bijak oleh pebisnis, karena harus sangat tajam dan teliti dalam menyeleksi agar tidak salah rekrut orang.

Dalam sebuah interview bersama Global Awards Winning Business Coach, Coach Yohanes G. Pauly, ia menjelaskan bahwa untuk merekrut karyawan yang tepat di tengah membludaknya jumlah pelamar, pebisnis harus paham rahasia rekrut karyawan melalui 4 karakter khusus karyawan.

Dengan memahami karakter khusus saat rekrut karyawan, pebisnis akan bisa merekrut orang yang tepat dan menempatkannya di posisi yang tepat sehingga membawa bisnis ke level yang lebih tinggi.

Dominance (D)

Karakter D memiliki inisiatif yang sangat tinggi untuk melakukan sesuatu, aktif dan berani untuk mencoba.

Jika diibaratkan berselancar di pantai, karakter D akan mengambil seluruh perlengkapan renang dan berangkat ke pantai tanpa diajak.

Sesampainya di pantai karakter D akan mengganti bajunya, menyewa papan selancar dan langsung berselancar ke arah ombak yang tinggi dan setelah selesai akan langsung pulang

Sedangkan untuk di dunia bisnis karakter dominan rata-rata berada di posisi leader, supervisor, manager dan posisi sentral lainnya.

Jika pebisnis ingin merekrut karyawan yang punya inisiatif tinggi maka orang tipikal D inilah yang harus direkrut!

Influence (I)

Karakter I adalah karakter yang terbuka dan mudah bergaul dengan orang lain. Karakter I memiliki skill untuk membangun hubungan yang baik dengan orang banyak. Namun kelemahan karakter I adalah selalu ingin menjadi pusat perhatian.

Jika diibaratkan berselancar di pantai, karakter I akan membujuk teman-temannya untuk ikut berenang.

Sesampainya di pantai, karakter I akan mengobrol dulu dengan teman-temannya dan tidak akan langsung menceburkan diri ke air.

Pada saat berenang, karakter I akan mengajak teman-temannya untuk menyewa papan selancar dan berselancar di ombak yang sedang agar bisa berselancar sambil mengobrol.

Mayoritasnya karakter I jika harus masuk ke 1 bagian bisnis, maka rekrut karyawan dengan karakter I untuk bagian marketing & sales.

Baca juga:

Steadiness (S)

“Karakter S lebih tenang, loyal dan tertutup. Karakter S cenderung tidak bisa menerima perubahan dengan cepat dan membutuhkan waktu yang cukup lama untuk beradaptasi.” ucap Coach Yohanes G. Pauly.

Jika diibaratkan berselancar di pantai, karakter S tidak akan berinisiatif untuk pergi sendiri jika tidak diajak oleh karakter I.

Sesampainya di pantai, karakter S yang biasanya selalu ke pantai yang sepi pengunjung, akan memperhatikan keramaian dan butuh waktu untuk beradaptasi dengan pantai yang ramai.

Karakter S kemudian akan mencari ombak dimana ia bisa berselancar dengan tenang.

Sedangkan untuk dunia bisnis, karakter S jika dipaksakan untuk masuk ke 1 bagian saja, maka karakter S biasanya di bagian Human Capital karena cenderung lebih banyak mendengarkan daripada berbicara, harmonis dan loyal.

Pebisnis tentunya tidak akan rekrut karyawan dan menempatkan karyawan dengan karakter yang cenderung mendengarkan di bagian sales bukan?

Compliance (C)

Karakter C adalah karakter yang fokus ke tugas dan cenderung tertutup. Karakter C sangat teliti dan selalu mengikuti prosedur.

Kekurangan karakter C adalah membutuhkan waktu yang lama dalam mengambil keputusan karena harus berdasarkan fakta dan data.

Jika diibaratkan berselancar ke pantai, karakter C akan akan membuat daftar barang yang dibutuhkan.

Karakter C akan memperhatikan tinggi ombak di pantai dan berapa kencang angin. Saat menyewa papan selancar, karakter C akan memperhatikan bentuk papan selancar apakah ada retakan, jika ia melihat ada retakan, ia akan protes ke pemilik jasa penyewaan.

Saat berselancar karakter C akan berselancar bahkan dengan posisi yang persis sama dengan yang ada di buku panduan. 

Untuk dunia bisnis, karakter C jika dipaksakan untuk masuk ke 1 bagian saja maka untuk dibagian finance & accounting bisa rekrut karyawan dengan karakter Ckarena sangat teliti dan teratur mengikuti prosedur.

Coba bayangkan jika saat rekrut karyawan menempatkan orang yang tidak teliti di bagian ini!

Mau tahu artikel strategi HRD lainnya dari Coach Yohanes G. Pauly? Klik strategi HRD berikut ini!

FREXOR® PAS & KPIM, Software Bisnis Bangun SuperTEAM agar Makin Profitable & AUTO-PILOT

software bisnis

Sudah tahu tentang FREXOR® PAS & KPIM, software bisnis yang digunakan ribuan Pemilik Bisnis untuk bangun SuperTEAM agar bisnis makin Profitable & AUTO-PILOT?

Salah satu unsur penting yang wajib pemilik bisnis punya agar bisa membangun bisnis yang Profitable & AUTO-PILOT adalah memiliki SuperTEAM. Sebagai salah satu aset paling berharga di bisnis, SuperTEAM bersama dengan Pemilik Bisnis akan bekerjasama untuk mencapai tujuan bisnis.

Pemilik Bisnis harus sangat selektif dan punya strategi yang tepat agar bisa membangun SuperTEAM. Jika Pemilik Bisnis merekrut orang yang salah, menempatkannya di posisi yang tidak tepat, dan di waktu yang tidak semestinya, bisa dipastikan tujuan bisnis tidak akan pernah tercapai.

Berkomitmen untuk membantu pemilik bisnis membangun SuperTEAM agar bisnis bisa Profitable & AUTO-PILOT, GRATYO® Practical Business Coaching meluncurkan software bisnis FREXOR® PAS & KPIM.

Software bisnis FREXOR® Psychology Assessment System (PAS) merupakan software yang terbukti 100% akurat dalam membaca perilaku dan karakter karyawan.

FREXOR® PAS telah digunakan kepada lebih dari 35.000 karyawan di berbagai jenis bisnis dan berisi 3 jenis tes:

  1. Attitude Test: Tes untuk membaca seperti apa perilaku dan karakter karyawan
  2. Aptitude Test: Tes untuk mengetahui bakat dan tingkat intelegensi karyawan
  3. Working Style Test: Tes untuk mengerti cara bekerja dan cara belajar karyawan

Software bisnis FREXOR® Key Performance & Indicator Monitoring (KPIM) merupakan software untuk mengukur dan monitoring kerja karyawan.

FREXOR® KPIM memiliki total 350 lebih indikator kerja untuk masing-masing posisi sehingga pengukuran lebih detail dan sistematis:

  1. Simple Monitoring & Reporting:  monitor rapor kerja setiap karyawan, hasil rapor mudah untuk dibaca dan dianalisa
  2. Easy to Give Task & Target: berisi 100+ indikator target kerja untuk setiap posisi karyawan 
  3. Auto Incentive Calculation: menghitung insentif bulanan & bonus tahunan otomatis setiap karyawan secara praktis

Software bisnis FREXOR® PAS & KPIM terbukti telah membantu ribuan Pemilik Bisnis mulai dari merekrut karyawan yang tepat dan kompeten, serta juga memonitoring kinerja karyawan agar tetap optimal dan mencapai target bisnis.

Sebelumnya FREXOR® PAS sudah memiliki software pendahulu yaitu bernama GRATYO® Personality Assessment Software (GPAS) yang launching pertama kali di tahun 2014. Karena GRATYO® ingin terus berdampak ke Pemilik Bisnis, software bisnis  GPAS ini kemudian di-upgrade menjadi FREXOR® PAS yang launching di bulan Oktober 2018.

Oleh karena itu, per tanggal 1 Januari 2021, GRATYO® tidak lagi bisa melayani maintenance untuk software GPAS-nya, dan akan dialihkan ke software bisnis FREXOR® PAS & FREXOR® KPIM.

FREXOR® PAS & FREXOR® KPIM ini nantinya akan lebih optimal lagi membantu Pemilik Bisnis untuk memiliki SuperTEAM yang bekerja optimal dan membawa Bisnis menjadi Profitable & AUTO-PILOT.

Mau tahu artikel strategi HRD lainnya dari Coach Yohanes G. Pauly? Klik strategi HRD berikut ini!